Memaknai
Hari Guru dengan Prinisp Pembelajaran Mendalam
Momentum
hari guru yang ke-80 sepatutnya tidak hanya dimanfaatkan sebagai perayaan yang
penuh kegembiraan dengan berbagai macam kegiatan, mulai perlombaan, jalan
santai dan pembagian door prize. lebih daripada itu kita jadikan refleksi
diri setahun lalu perjalanan karir kita sebagai guru. Berbagai ungkapan
kontraversial yang muncul ke publik beberpa waktu yang lalu. salah satunya adalah Guru disebut beban negara. Anggaran pembayaran tunjangan guru dianggap menjadi beban APBN ditengah
besarnya utang negara. Menganggap guru beban negara pasti kita tidak sepakat
karena sangat problematik dan tidak realistis. Seolah-seolah melupakan peran
guru di masa lalu.
Diksi
negatif terkait eksitensi guru tidak akan mengurangi kemuliaan guru. Menjadi
guru adalah pilihan hidup. Harus diyakini bahwa guru adalah profesi yang sangat
mulia, artinya guru memiliki kedudukan yang tinggi dan terhormat.
Tiga
prinsip yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kemuliaan dan kehormataan guru,
1.
Prisnip Berkesadaran
Guru berkesadaran adalah guru yang memotivasi diri untuk belajar. Motivasinya untuk terus memperluas wawasan menjadikannya pembelajar sepanjang hayat (longlife education) tidak pernah berhenti belajar. untuk bisa mengajar dengan tulus, pola pikirnya selalu bertumbuh (growth mindset) . Guru berkesadaran siap beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan zaman. Guru berkesadaran menjalankan amanah dari Tuhan. Tugasnya sebagai guru akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan. Maka tidaklah keliru Bapak Menteri Agama pernah berucap kalau mau cari uang jangan jadi guru, Jadilah pedagang. secara substansial, Pak menteri mengingatkan guru bahwa hakikat profesi guru itu adalah ibadah kepada Allah, bukan hanya amal dunia semata akan tetapi juga amal akhirat (amal jariyah). Pahala akhirat jauh lebih baik dari keuntungan materi yang didapatkan menjadi seorang guru.Bayaran termahal seorang guru adalah ketika murid memiliki perilaku yang baik.
Dengan
kesadaran penuh terhadap tanggungjawab dan perannya sebagai guru, maka akan terdorong
melakukan pembelajaran yang bermakna di dalam kelas.
2.
Prinsip Bermakna
Guru
bermakna adalah guru yang berkomitmen meningkatkan kualitas diri, menghadirkan
pembelajaran yang kreatif dan membentuk karakter yang meninggalkan kesan positif di
dalam diri murid. Guru Bermakna kehadirannya di dalam
kelas tidak hanya secara fisik tetapi secara hati dan fikirannya. Indikator guru bermakna adalah mengajar
dengan cinta dan mendidik dengan
hati.
Pernahkah kita merasa gelisah ketika tidak masuk kelas? Pernah kita merasa rindu dengan murid?.
Jika demikian, berarti benih cinta sudah tertanam dalam diri kita.
Mengajar dengan cinta
menciptakan persahabatan dengan murid. Lembut tapi tidak memanjakan.
mengedepankan karakter murid, mengajarkan perilaku positif, menghargai teman,
bertutur kata sopan. Dengan cinta akan melahirkan kekuatan dan semangat dalam diri
guru dan siswa. Ketidakhadiran kita di dalam kelas, murid akan merasa
kehilangan. Begitu pun sebaliknya. Ketiadaan seorang siswa di dalam kelas,
mendorong kita untuk mencari tahu tentang ketidakhadirannya.
Mendidik
dengan hati adalah menanamkan keikhlasan. Ikhlas dalam konteks ini berarti
bahwa tugas dan tanggung jawab yang diembang sebagai seorang guru dianggap
sebagai ibadah kepada Allah dan benar-benar murni dari dorongan hati nurani
untuk sebuah pengabdian utuk mewujudkan generasi berkarakter dan unggul.
Guru
bermakna benar-benar meresapi dan menghayati profesinya sebagai seorang
pendidik dengan sepenuh hati dan jiwanya. Hal ini akan memaksimalkan potensi
yang dimiliki untuk bersungguh-sungguh berupaya memberikan yang terbaik bagi
anak didiknya. Tidak asal melepas tanggung jawab saja, tetapi sudah menjadi
bagian dari hidup dan kehidupannya.
3.
Prinsip Membahagiakan
Guru
yang menggembirakan bukan berarti selalu membuat siswa tertawa tapi membuat
murid merasa nyaman, diharagai dan bersemangat untuk belajar dalam suasana kelas
yang menyenangkan.
Saya
terinspirasi dengan salah seorang peserta pelatihan pembelajaran mendalam beberapa pekan yang lalu. dia punya pengalaman mengajar bahwa setiap kali masuk kelas selalu diawali dengan senyum. Sebuah langkah kecil tapi
dampaknya luar besar. Tidak hanya sebatas ekspresi wajah tetapi starterpoint
positif yang membuka ruang belajar yang menyenangkan. Dengan senyum mecairkan
suasana dan membangun hubungan emosional dengan murid.
Dengan menerapkan prinsip berkesadaran dan prinsip bermakna maka akan mengantar dan membuka ruang bagi kita menjadi guru yang menggembirakan.
Selamat HUT ke-80 PGRI dan HGN 2025.
Hidup Guru! Hidup PGRI!, Solidaritas, Yes!, Siapa? Kita Indonesia!















